Assessment

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Sabtu, 30 September 2017

Imunisasi PCV

Imunisasi PCV atau imunisasi dengan Pneumococcal Vaccine merupakan imunisasi yang tergolong baru di Indonesia. Sejak ditentukannya jadwal imunisasi pada tahun 2007, imunisasi PCV dimasukkan ke dalam kelompok imunisasi yang dianjurkan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh IDAI pada tahun 2006. 

Di Indonesia pada saat ini terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus polisakarida murni 23 serotipe yang disebut PPV23 dan vaksin pneumokokus polisakarida konjugasi 7 serotipe yang disebut PCV7. 

Tujuan dan Manfaat Imunisasi PCV
Tujuan pemberian imunisasi PCV adalah untuk merangsang pembentukan imunitas atau kekebalan terhadap infeksi kuman Streptococcus Pneumoniae atau kuman Pneumokokus yang dapat menular melalui udara. Manfaat pemberian imunisasi PCV adalah untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit Invasive Peumococcal Diseases (IPD) yang dapat berupa meningitis atau peradangan pada selaput otak, bakteremia atau infeksi bakteri dalam darah, dan pneumonia atau peradangan pada paru – paru. 

Penyakit IPD ini sangat berbahaya karena kuman kuman Streptococcus Pneumoniae dapat menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat memperluas jangkauan infeksi. Gejala yang dtimbulkan umumnya berupa demam yang tinggi, menggigil, hipotensi, mengigau, penurunan kesadaran hingga koma. 

Jadwal Imunisasi PCV 
Jadwal pemberian imunisasi PCV dilakukan sebanyak empat kali pemberian yaitu : 
  • Dosis I sudah dapat diberikan sejak seorang anak berusia 2 bulan 
  • Dosis II pemberiannya dilakukan pada saat anak berusia 4 bulan 
  • Dosis III pemberiannya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan 
  • Dosis IV pemberiannya dilakukan pada saat anak berusia 12 – 15 bulan atau 2 tahun. 
Apabila hingga anak berusia 6 bulan belum menerima vaksin PCV, Dosis I dan II pemberiannya dapat dilakukan pada usia 7 – 11 bulan dengan interval antara dosis minimal 1 bulan. Apabila hingga anak berusia 12 bulan belum menerima vaksin PCV, Dosis I dan II pemberiannya dapat dilakukan pada usia 12 – 23 bulan dengan interval antara dosis minimal 2 bulan 

Cara Pemberian dan Dosis 
Vaksin PCV dikemas dalam bentuk prefilled syringe dengan dosis 5 ml. Cara pemberian imuniasai PCV adalah dengan menyuntikkannya secara intramuskular. Pemberian Dosis pertama tidak dilakukan sebelum umur 6 minggu. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang kurag dari 1500 gram vaksin baru boleh diberikan setelah bayi memiliki umur kronologik 6 – 8 minggu, atau dapat diberikan tanpa memperhatikan umur apabila berat badan bayi telah mencapai lebih dari 2000 gram. Vaksin PCV dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin lain seperti DPT, TT, HepB, HiB, MMR, atau varisela, dengan syarat harus menggunakan spuit yang terpisah dengan masing – masing vaksin disuntikkan pada sisi badan yang berlainan. 

Efek Samping 
Efek samping imunisasi PCV yang muncul bervariasi namun secara umum sifatnya ringan dan dapat hilang dengan sendirinya. Efek samping tersebut antara lain demam ringan dengan suhu rata – rata kurang dari 38 derajat celcius, mengantuk, nafsu makan yang berkurang, muntah, mencret, reewel, dan muncul bercak kemerahan pada kulit. 

Pada kelompok anak dengan risiko tinggi yang berumur antara 2 tahun sampai 5 tahun, Imunisasi PCV harus menggunakan vaksin PCV7 diberikan secara kombinasi bersamaan dengan vaksin PPV23 karena anak – anak pada kelompok ini lebih rentan terhadap infeksi semua serotipe pneumokokus. Kelompok anak dengan risiko tinggi tersebut antara lain anak – anak yang memiliki penyakit kronik seperti penyakit infeksi HIV, defisiensi imun bawaan, penyakit paru kronik, penyakit asma yang mendapat terapi kortikosteroid oral dosis tinggi, penyakit jantung bawaan, penyakit gagal jantung, peyakit ginjal kronik, sindrom nefrotik, anemia sickle cell, aslenia kongenital / didapat, disfungsi limpa, penyakit yang mendapat terapi imunosupresif atau radiasi termasuk keganasan dan transplantasi organ, serta penyakit diabetes melitus.

Bersumber dari:
Mediskus oleh dr. Ahmad Muhlisin Imunisasi PCV : Jadwal, Manfaat, Efek Samping diperoleh pada 01/10/2017 di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-pcv

Imunisasi Campak

Pengertian Imunisasi Campak 
Sudah disinggung sebelumnya, bahwa imunisasi ini merupakan suatu proses memasukkan virus campak yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh guna merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi atau kekebalan terhadap penyakit campak. Jadi manfaat imunisasi campak pada bayi sangatlah penting karena campak dapat menular dengan mudah. 

Jadwal Imunisasi Campak
Sesuai dengan rekomendasi IDAI (ikatan dokter anak Indonesia), Jadwal Imunisasi Campak yaitu diberikan sebanyak 3 kali: Yang pertama pada usia 9 bulan dan dosis penguatan kedua (second opportunity pada crash program campak) 15 bulan berikutnya yaitu pada usia 24 bulan serta dosis ke tiga saat SD kelas 1-6.

Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak sama sekali, maka tetap diberikan bergantung usianya saat ini. Bila anak berusia 9-12 bulan, berikan imunisasi ini kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia > 1 tahun, berikan MMR. Jika sudah diberi MMR usia 15 bulan, tidak perlu diberi imunisasi campak di usia 24 bulan. Tapi ikuti jadwal imunisasi MMR.

Measles, Mumps, dan Rubella (MMR) 
Didalam vaksin MMR sudah terdapat vaksin campak, mumps (gondongan), dan rubella (campak jerman). Jadwal imunisasi MMR diberikan pada anak berusia 15-18 bulan dengan jarak minimal dengan imunisasi campak 6 bulan. Imunisasi MMR harus diberikan dalam kondisi anak yang sehat dan dengan jarak minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lainnya, karena vaksin MMR merupakan virus hidup yang dilemahkan. 

Booster atau pemberian ulangan dilakukan saat anak berusia 6 tahun. Bila terlambat atau lewat 6 tahun tapi belum juga mendapatkannya, berikan imunisasi campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, pemberian imunisasi campak 2 kali atau MMR 2 kali.

Cara Pemberian Imunisasi Campak
  • Sebelum disuntikkan vaksin campak harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut yang telah tersediapada kemasan 
  • Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam disuntikan pada lengan atas 
Efek Samping Imunisasi Campak 
  • Pada sekitar 5-15 % pasien mengalami demam ringan dan kemerahan pada tempat suntikan selama 3 hari, hal ini dapat terjadi 8-12 hari setelah imunisasi 
  • Infeksi pada tempat suntikan, Terjadi hanya jika jarum dan spuit yang digunakan tidak steril
  • Demam, flu dan batuk sering terjadi sekitar setelah 1 minggu penyuntikan
  • Sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. 
  • Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam (perbandingan 1/3000 dosis ) 
Kontraindikasi
  • Sebaiknya vaksin campak tidak diberikan kepada: 
  • Anak malnutrisi
  • Alergi berat terhadap kanamisin dan eritromisin 
  • Anak yang sedang mengalami infeksi akut disertai demam 
  • Anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau defisiensi sistem kekebalan Anak yang sedang menjalani pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif, 
  • Anak yang mempunyai ke- rentanan tinggi terhadap protein telur. 

Sekian, ringkasan mengenai imunisasi campak, semoga bermanfaat.

Bersumber dari: 
Mediskus oleh dr. Ahmad Muhlisin Imunisasi Campak : Jadwal, Manfaat, Efek Samping - di peroleh pada 01/10/2017 di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-campak 

Imunisasi MMR (Measles,Mumps,Rubella)

Imunisasi MMR merupakan imunisasi yang termasuk dalam kelompok imunisasi yang dianjurkan yaitu sejumlah Imunisasi yang tidak termasuk ke dalam program imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah namun dianjurkan untuk diberikan kepada bayi atau anak. 

Imunisasi MMR ini dianjurkan untuk diberikan mengingat burden of disease atau beban penyakit yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai jadwal, manfaat serta efek samping pemberian imunisasi MMR bagi anak. Imunisasi MMR merupakan imunisasi yang dapat diberikan sebagai alternatif untuk imunisasi campak biasa. 

MMR adalah singkatan dari tiga penyakit yaitu Mumps, Measles, Rubella, hal ini berarti vaksin MMR yang digunakan merupakan vaksin yang didalamnya terdiri dari kombinasi tiga komponen vaksin yaitu Mumps (gondong), Measles (campak), dan Rubella (campak jerman). 

Tujuan dan Manfaat Imunisasi MMR
Tujuan pemberian imunisasi MMR adalah untuk merangsang terbentuknya imunitas atau kekebalan terhadap penyakit gondong (Mumps), campak (Measles), dan campak jerman (Rubella). 

Gondong adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala dan pembengkakan pada kelenjar parotis yang terletak di bagian bawah telinga. 

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, batuk, pilek, mata merah, dan bercak –bercak berwarna merah pada kulit. 

Campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, batuk, pilek, pembengkakan kelenjar di sekitar leher, dan bercak – bercak berwarna merah pada kulit. Manfaat pemberian imunisasi MMR adalah untuk memberikan perlindungan terhadap ketiga penyakit tersebut pada saat yang bersamaan. 

Jadwal Imunisasi MMR
Jadwal pemberian imunisasi MMR dilakukan pada saat seorang anak berusia antara 15 – 18 bulan dan pemberian imunisasi MMR tambahan dilakukan pada saat anak berusia 6 tahun. Pemberian imunisasi MMR dilakukan dengan interval atau jarak pemberian minimal 6 bulan setelah pemberian imunisasi dasar campak (pada saat anak berusia 9 bulan) dan minimal 1 bulan sebelum pemberian imunisasi lain. Apabila seorang anak sudah mendapatkan imunisasi MMR pada saat anak tersebut berusia 15 – 18 bulan dan imunisasi MMR tambahan pada saat anak berusia 6 tahun, maka pemberian imunisasi dasar campak tambahan pada saat anak berusia 5 – 6 tahun tidak perlu diberikan lagi. 

Cara Pemberian dan Dosis 
Cara pemberian imunisasi MMR adalah dengan menyuntikan vaksin MMR pada sudut 30 derajat untuk mencapai daerah subkutan (di bawah kulit), dengan dosis penyuntikan vaksin MMR untuk satu orang anak adalah 0,5 mili liter. 

Efek Samping Imunisasi MMR 
Efek samping pemberian imunisasi MMR amat bervariasi antara anak yang satu dengan anak yang lain. Efek samping yang paling sering dan umum terjadi pada anak adalah demam, dan efek samping yang jarang terjadi diantaranya dapat berupa sakit kepala, muntah, bercak berwarna ungu pada kulit, nyeri di daerah tangan atau kaki dan leher yang terasa kaku. 

Ada banyak sekali isu – isu negatif yang beredar di masyarakat luas yang berhubungan dengan pemberian imunisasi, salah satu diantaranya isu negatif yang berhubungan dengan pemberian imunisasi MMR yaitu isu terjadinya autisme pada anak yang timbul sebagai akibat dari pemberian imunisasi MMR. Isu negatif ini tentunya sama sekali tidak benar, karena banyak para ahli yang telah melakukan penelitian secara mendetail, dalam skala besar, dan hasil penelitian para ahli tersebut menyatakan bahwa hingga saat ini tidak terdapat korelasi atau hubungan yang kuat antara pemberian imunisasi MMR dengan kejadian autisme pada anak.

Bersumber dari: 
Mediskus oleh dr. Ahmad Muhlisin Imunisasi MMR : Jadwal, Manfaat, Efek Samping - diperoleh pada 01/10/2017 di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-mmr

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT merupakan salah satu dari lima imunisasi wajib yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Lebih lanjut, artikel ini akan menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat, kapan jadwal pemberiannya, cara pemberian, dan efek samping imunisasi DPT yang mungkin ditimbulkan.

Sebagai orang tua, kita tentu menginginkan anak yang kita sayangi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal yaitu menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas, kreatif, dan berperilaku baik. Untuk mencapai hal tersebut bayi harus diberi ASI Ekslusif (ASI saja tanpa tambahan lain) sampai umur 6 bulan, setelah itu dapat diberikan makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai umur, dan juga harus mendapat imunisasi dasar lengkap sebelum mencapai umur 1 tahun. Imunisasi DPT merupakan salah satu dari lima imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan kepada bayi kita. 

Pengertian 
Imunisasi DPT adalah singkatan dari imunisasi Difteri, Petusis, dan Tetanus, merupakan upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dengan cara memasukkan vaksin DPT ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti terhadap ketiga kuman tersebut, dan apabila suatu saat nanti terpajan dengan ketiga penyakit tersebut anak tidak akan menjadi sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Tujuan dan Manfaat Imunisasi
DPT Tujuan imunisasi DPT adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Manfaat imunisasi DPT adalah memberikan perlindungan terhadap penyakti difteri, pertusis dan tetanus pada saat yang bersamaan. Pemberian imunisasi DPT sesuai jadwal akan merangsang pembentukan kekebalan pada tubuh bayi secara bertahap, sehingga tubuhnya akan terlindungi terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. 

Vaksin DPT 
Vaksin DPT merupakan vaksin yang berisi komponen kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan. Vaksin DPT generik disediakan di Puskesmas dan diberikan secara gratis. Namun vaksin ini terkadang menyebabkan bayi demam sekitar 3 hari sehingga pemberian vaksin ini disertai dengan pemberian obat penurun panas.

Selain vaksin DPT generik, tersedia juga kombinasi vaksin DPT dan Hepatitis B yang biasa dikenal sebagai imunisasi DPT Combo. Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisasi DPT adalah penggunaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai vaksin Pentavalent yang merupakan gabungan vaksin DPT-Hepatitis B ditambah vaksin Haemophillus Influenza type b (Hib), yang memberikan perlindungan terhadap lima penyakit sekaligus.

Akan tetapi, kita sebagai orang tua tidak perlu khawatir, karena sekarang sudah ada Imunisasi DPT tidak panas, yang tidak menyebabkan demam atau jika demam pun hanya ringan sekali. Imunisasi DPT tanpa demam ini mengandung bakteri pertusis yang aselular, oleh karena itu singkatannya menjadi DP(a)T, sayangnya harga vaksin DP(a)T ini lebih mahal dibanding harga vaksin DPT biasa. 

Jadwal Imunisasi DPT 
Setelah pemberian imunisasi DPT yang pertama, tubuh belum memiliki kadar antibodi protektif terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Tubuh baru akan memiliki kadar antibodi protektif setelah mendapatkan imunisasi sebanyak tiga kali. Oleh karena itu jadwal imunisasi DPT dasar diberikan tiga kali, yaitu : 
  • Imunisasi DPT 1 pada saat anak berumur 2 bulan 
  • Imunisasi DPT 2 pada saat anak berumur 3 bulan 
  • Imunisasi DPT 3 pada saat anak berumur 4 bulan 
Dan jadwal Imunisasi DPT ulangan diberikan sebanyak dua kali, yaitu 
  • Imunisasi DPT ulangan 1 pada satu tahun setelah imunisasi DPT 3 
  • Imunisasi DPT ulangan 2 pada saat anak usia prasekolah (5 tahun). 

Cara Pemberian dan Dosis 
Cara pemberian vaksin DPT adalah dengan menyuntikkannya secara intramuskular (ke dalam otot). Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada paha atas bagian depan dengan dosis pemberian vaksin DPT untuk satu anak adalah 0,5 mL. Penyuntikan pada bagian bokong tidak dianjurkan karena berisiko untuk melukai saraf di daerah bokong, dan suntikan tidak boleh diberikan ke dalam kulit karena dapat meningkatkan reaksi lokal pada kulit. 

Efek Samping 
Efek samping pemberian imunisasi DPT amat bervariasi, dari reaksi lokal yang ringan sampai dengan reaksi sitemik yang berat, dan telah dilaporkan bahwa kemungkinan untuk timbulnya efek samping pada pemberian vaksin DP(a)T lebih rendah dibandingkan pada pemberian vaksin DPT biasa. 
Efek samping yang dapat timbul antara lain: 
  • Reaksi lokal di tempat penyuntikan, berupa kemerahan, bengkak, serta nyeri 
  • Demam tinggi lebih dari 38,5 derajat Celsius 
  • Rewel dan menangis dengan nada tinggi 
  • Kejang demam pernah dilaporkan yaitu sebanyak 0,008 %
  • Reaksi alergi sistemik (menyeluruh) 

Kontra Indikasi 
Terdapat beberapa kontra indikasi terhadap imunisasi DPT 1 yaitu kejang, gejala kelainan otak, atau gejala kelainan saraf serius lainnya pada bayi baru lahir, dimana keadaan tersebut merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis, sehingga vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DPT. Anak yang mengalami reaksi alergi terhadap komponen vaksin, atau mengalami efek samping berat terhadap dosis vaksin kombinasi DPT pada saat imunisasi DPT 1 merupakan kontraindikasi absolut terhadap imunisasi DPT berikutnya.

Jika bayi mengalami demam setelah imunisasi, kita tidak perlu panik karena demam akan turun dalam waktu yang tidak lama. Jika terjadi demam pakaikan pakaian yang tipis, beri obat penurun panas dan kompres dengan air hangat. Jika demam memberat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir, segera bawa bayi ke dokter atau petugas kesehatan.

Bersumber dari: 
Mediskus dr. Ahmad Muhlisin Imunisasi DPT: Jadwal, Manfaat, Efek Samping. Diperoleh pada 01/10/2017. di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-dpt

IMUNISASI POLIO

Imunisasi polio begitu penting karena dapat mencegah penyakit polio yang merupakan penyakit infeksi oleh virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Ini merupakan program wajib yang canangkan oleh pemerintah Indonesia, selama bertahun-tahun menjalankan program ini akhirnnya pada tahun 2014 Indonesia dinyatakan bebas polio. 
Pengertian Imunisasi Polio Imunisasi polio adalah upaya untuk membuat seseorang kebal terhadap virus polio dengan cara memasukkan vaksin polio ke dalam tubuh yang mengandung virus yang telah dilemahkan. 
Dengan demikian, virus yang lemah tidak dapat menginfeksi tubuh, namun itu sudah cukup untuk merangsang tubuh membentuk antibodi sebagai respon imun untuk melawannya. Ketika antibodi sudah terbentuk, maka apabila virus polio datang menyerang di kemudian hari, maka akan langsung dibunuh dan tidak sampai menimbulkan penyakit polio.

Manfaat Imunisasi Polio 
Tujuan imunisasi polio adalah untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit polimielitis. Oleh karena itu sudah jelas bahwa manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio atau lumpuh layu. Baik perindividu maupun secara luas pada masyarakat. 
Karena apabila sebagian besar terimunisasi maka yang lain juga akan terlindungi dari penularan.

Pemberian Imunisasi Polio 
Terdapat dua macam vaksin polio, yaitu vaksin virus polio oral (OPV = Oral Polio Vaccine) dan Incativated Polio Vaccine (IPV). Di Indonesia yang sering digunakan adalah OPV. 

Cara Pemberian 
Vaksin polio OPV yang mengandung virus yang sudah dilemahkan diberikan secara oral atau diteteskan langsung pada mulut anak sebanyak 2 tetes secara langsung atau dicampur dengan gula pada sendok. Sedangkan vaksin polio IPV yang mengandung virus yang sudah dimatikan diberikan melalui suntikan. 

Jadwal Pemberian 
Sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi polio diberikan minimal sebanyak empat kali dengan selang waktu minimal empat minggu. Jadwal standar yaitu usia 0, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan bersamaan dengan jadwal pemberian vaksin DPT. 
Mengenai jenisnya boleh dipilih salah satu OPV atau IPV jadwalnya sama. Pemberian vaksin akan diulang saat bayi pada usia 18-24 bulan, dan 5-6 tahun. 

Efek Samping Imunisasi Polio 
Biasanya tidak terdapat efek samping yang berati. Jarang sekali terjadi kelumpuhan akibat vaksin polio ini dengan perbandingan 1 / 1.000.000 dosis. Sebagian kecil anak setelah mendapatkan imunisasi bisa mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri otot. 
Khusus pada vaksin polio IPV efek samping yang bisa muncul berupa: 
  • Sedikit bengkak dan kemerahan di tempat suntikan. 
  • Pengerasan kulit pada tempat suntikan, yang biasanya cepat hilang.
  • Kadang-kadang terjadi peningkatan suhu (demam) beberapa jam setelah injeksi.
Kontraindikasi 
Jika anak sedang mengalami hal-hal dibawah ini, maka tidak boleh diberikan imunisai polio: 
  1. OPV tidak boleh diberikan pada saat anak diare, jika sudah terlanjur maka itu tidak dihitung sebagai bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diberika ulang setelah sembuh.
  2. Anak yang mengalami infeksi akut yang disertai demam. 
  3. Anak yang memiliki masalah defisiensi sistem kekebalan tubuh (lemahnya sistem imun).
  4. Anak yang sedang menjalani pengobatan imunosupresif (obat yang dapat menekan sistem imun).
Bersumber dari:
dr. Ahmad Muhlisin. Imunisasi POLIO: Jadwal, Manfaat, Efek Samping. Diperoleh pada (30 september 2017) di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-polio

Imunisasi BCG

Imunisasi BCG merupakan upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit tuberkulosis dengan cara memasukkan vaksin BCG ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat antibodi terhadap penyakit TBC dan apabila suatu saat nanti terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan menjadi sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

TUJUAN DAN MANFAAT IMUNISASI BCG
Tujuan imunisasi BCG adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit tuberkulosis. Manfaat imunisasi BCG pada bayi adalah memberikan perlindungan pada bayi dari penyakit tuberkulosis karena bayi yang baru lahir tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tuberkulosis. Pada sejumlah penelitian imunisasi BCG memperlihatkan beberapa efektifitas, yaitu : Mengurangi resiko berbagai bentuk penyakit tuberkulosis sekitar 50% Mengurangi bentuk berat penyakit tuberkulosis seperti meningitis tuberkulosis anak hingga paling sedikit 70% Memberikan efek perlindungan yang berlangsung hingga 10 tahun lamanya VAKSIN BCG Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin) strain Paris, yang dibiakkan berulang selama 1 – 3 tahun lamanya sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2 – 8° C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam.

CARA PEMBERIAN DAN DOSIS
Imunisasi BCG dapat diberikan segera setelah lahir hingga sebelum bayi berumur 3 bulan, umumnya diberikan pada saat bayi berumur 1 bulan. Apabila diberikan pada anak berumur lebih dari 3 bulan maka dianjurkan untuk melakukan uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji tuberculin (mantoux test) terebih dahulu. Vaksin BCG cukup diberikan satu kali saja tidak memerlukan ulangan, sebab vaksin BCG berisi kuman yang masih hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Cara pemberian vaksin BCG adalah dengan penyuntikan secara intradermal (ke dalam kulit). Penyuntikan dilakukan di daerah lengan kanan atas dengan dosis pemberian vaksin BCG pada bayi adalah 0,05 mL. Tanda bahwa imunisasi BCG berhasil adalah munculnya bisul kecil di daerah bekas suntikan yang dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian menjadi bernanah dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 – 5 bulan dengan meninggalkan luka parut berdiameter 2 – 10 mm. EFEK SAMPING Karena cara pemberiannya dengan penyuntikan ke dalam kulit yang penuh dengan reseptor syaraf, maka suntikan akan terasa lebih sakit dibandingkan imunisasi lainnya, oleh karena itu biasanya bayi rewel setelah imunisasi BCG. Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG yaitu pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada bekas suntikan, yang kemudian akan bernanah dan meninggalkan luka parut. Kadang-kadang dapat timbul pembesaran kelenjar getah bening pada daerah ketiak dalam waku timbul 2 – 4 bulan setelah imunisasi. Sangat jarang sekali pembesaran kelenjar getah bening tersebut dapat menjadi bisul bernanah.

KONTRA INDIKASI
Beberapa keadaan yang menyebabkan tidak diperbolehkannya imunisasi BCG yaitu: Bila hasil tes mantoux menunjukkan reaksi positif (> 5 mm) Menderita sakit tuberkulosis atau pernah sakit tuberkulosis Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV Menderita penyakit keganasan sumsum tulang Menderita penyakit keganasan sel darah putih Menderita infeksi kulit yang luas Sedang meminum obat imunosupresi Sedang mendapat radioterapi Bayi yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan penyakit berbahaya. Dengan membawa bayi kita ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya untuk mendapat imunisasi lengkap sesuai jadwal berarti kita telah memberikan wujud kasih sayang dan tanggung jawab kita dalam melindungi buah hati tercinta.

Bersumber dari:
dr. Ahmad Muhlisin. Imunisasi BCG: Jadwal, Manfaat, Efek Samping. Diperoleh pada (30 september 2017) di https://mediskus.com/dasar/imunisasi-bcg

Vaksin Hepatitis B

INDIKASI & KONTRAINDIKASI


Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah penyakit hepatitis B. Vaksin ini berisi HbsAg, yaitu suatu protein virus hepatitis B yang dapat merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B (vaksinasi aktif).Vaksinasi hepatitis B saat ini merupakan vaksinasi rutin atau wajib pada bayi di banyak negara karena telah terbukti efektif mencegah infeksi hepatitis B pada bayi. Pada beberapa negara, vaksinasi hepatitis B juga diindikasikan untuk petugas kesehatan dan laboratorium karena tingginya risiko paparan virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B aman diberikan pada ibu hamil. Daya proteksi vaksin ini cukup tinggi, yaitu 94 – 96%.Vaksin hepatitis B tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat rekasi alergi berat (anafilaksis) setelah pemberian vaksin hepatitis B atau vaksin lain sebelumnya. Vaksin hepatitis B mengandung protein ragi jamur sehingga dikontraindikasikan pada orang dengan alergi ragi. Pemberian vaksin ini perlu berhati – hati pada orang dengan sakit sedang sampai berat dengan atau tanpa demam serta pada bayi di bawah 2000 gram.

EFEK SAMPING

Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang aman dan sebagian besar orang tidak mengalami efek samping yang berarti. Vaksiin ini tidak dapat menyebabkan infeksi hepatitis B. Efek samping yang umumnya timbul adalah demam dan nyeri pada tempat penyuntikan. Efek samping lain yang sangat jarang adalah reaksi alergi berat, diare, konstipasi, nyeri kepala, nyeri sendi, rasa lemas, dan gatal pada kulit.
DOSIS
Dosis bayi dan anak

Vaksin hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, yaitu:
Dosis pertama:  diberikan dalam 12 jam setelah lahir pada semua bayi baru lahir.
Dosis kedua: diberikan pada bayi usia 1 bulan.
Dosis ketiga: diberikan pada bayi usia 6 bulan.
Dosis vaksin hepatitis B adalah 0,5 cc setiap kali pemberian, disuntikkan ke dalam otot (intramuskular) pada paha bayi bagian luar.
Dosis dewasa
Dosis ulangan untuk dewasa diberikan pada orang berisiko tinggi, yaitu: orang yang terpapar darah atau produk darah dalam pekerjaannya; pasien cuci darah; penerima transfusi darah rutin; kontak seksual dengan penderita hepatitis B; orang yang berencana pergi atau tinggal di tempat dengan angka kejadian hepatitis B yang tinggi; pengguna obat suntik rutin; dan orang yang berganti – ganti pasangan seksual.Pada orang – orang tersebut diberikan vaksin hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan 0, 1 dan 6. Dosis pemberian adalah 0,5 cc setiap kali pemberian dengan suntikan ke dalam otot pada lengan atas.
Daftar Pustaka
kerjanya (24/8/2017), Vaksin Hepatitis B. Diperoleh pada 30 September 2017 dari http://www.kerjanya.net/faq/5099-vaksin-hepatitis-b.html